Kritik dan protes disampaikan kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan kepala Otoritas Hiburan Arab Saudi, Turki Al-Sheikh, oleh ulama terkemuka Arab Saudi, mantan imam dan khotib di Masjid Raja Abdulaziz di Dammam, Emad Al-Moubayed pada awal Maret 2023 lalu, melalui sebuah video di Twitter-nya.
Dia memperingatkan terhadap reformasi sosial yang drastis di Arab Saudi yang diberlakukan selama beberapa tahun terakhir. Dia meminta pihak berwenang “takut pada Tuhan (Allah)” dalam menerapkan perubahan sosial, yaitu “menghapus akidah Islam, dan mengganti identitas Islam dengan identitas lain”. Karena khawatir ditahan setelah mengkritik reformasi radikal pemerintah di bidang hiburan, Emad Al-Moubayed kemudian meninggalkan Kerajaan Saudi untuk tinggal di negara yang “aman”.
Selain Emad, seorang pria Arab Saudi yang mengaku sebagai kolonel di Direktorat Jenderal Keamanan Publik juga dikabarkan telah membelot setelah mengkritik keras Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Pria itu mengaku bernama Kolonel Rabih Alenezi. Tanpa menyebut lokasi keberadaannya yang sekarang, Alenezi, melalui Twitter, gencar mengkritik Visi 2030 yang diluncurkan MBS.
Dalam sebuah video yang di-posting minggu ini, Kolonel Rabih Alenezi mengatakan dia meninggalkan jabatannya karena pelanggaran berbahaya terhadap hak asasi manusia (HAM) serta kebijakan sembrono dan kecerobohan politik Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pandangan Islam terhadap Kritik atau Protes
Dalam Islam, kritik dan protes dilihat sebagai sebuah bentuk penyampaian pendapat dan aspirasi yang dapat dianggap positif jika dilakukan dengan cara yang tepat dan bermartabat. Namun, Islam juga menekankan bahwa kritik dan protes harus dilakukan dengan cara yang tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar norma dan nilai-nilai agama.
Dalam Islam, kritik dan protes yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar dianggap sebagai sebuah bentuk amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Islam mengajarkan bahwa umatnya harus memperhatikan dan mengkritik kekurangan dan kesalahan sesama Muslim untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan dan memperbaiki kesalahan yang ada.
Dalam pandangan Islam, kritik dan protes juga harus dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku, seperti undang-undang dan norma sosial. Islam menekankan pentingnya menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari tindakan yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan umum.
Dalam konteks sosial dan politik, Islam memperbolehkan kritik dan protes terhadap pemerintah atau pemimpin asalkan dilakukan dengan cara yang sopan dan tidak merugikan orang lain. Namun, Islam juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas negara dan memperhatikan kepentingan bersama.
Secara keseluruhan, pandangan Islam terhadap kritik dan protes adalah bahwa kritik dan protes yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar dapat dianggap positif dan membantu memperbaiki keadaan. Namun, kritik dan protes harus dilakukan dengan cara yang sopan, tidak merugikan orang lain, dan didasarkan pada hujjah yang kuat serta dalam kerangka hukum yang berlaku.
Ajaran Islam Dinilai Anti Kritik Karena Lebih Mengedepankan Musyawarah (Syuro)
Tidak benar bahwa ajaran Islam anti kritik, karena Islam sebenarnya sangat menghargai kritik dan protes yang konstruktif dan membantu dalam memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Islam mendorong umatnya untuk melakukan musyawarah (syuro) sebagai bentuk konsultasi untuk mencapai keputusan yang terbaik dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konsep Syuro, setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan memberikan kritik dengan cara yang baik dan sopan. Syuro juga mengajarkan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan musyawarah dan kesepakatan bersama.
Islam memandang kritik dan protes sebagai sebuah bentuk perbaikan dan peningkatan diri. Dalam Al-Quran, Allah SWT menyatakan bahwa umat manusia seharusnya memperhatikan kekurangan dan kesalahan mereka sendiri dan memperbaikinya, dan bukan hanya mengkritik orang lain tanpa perbaikan diri Dalam pandangan Islam, kritik yang konstruktif dan disampaikan dengan cara yang baik dapat membantu seseorang atau masyarakat untuk berkembang dan memperbaiki kesalahan yang ada.
Namun, dalam kritik dan protes, Islam juga menekankan pentingnya menghormati orang lain dan tidak menyinggung perasaan mereka. Islam juga mengajarkan umatnya untuk menghindari sikap dan tindakan yang merugikan orang lain atau melanggar norma-norma agama.
Jadi, ajaran Islam sebenarnya sangat mendukung kritik dan protes yang konstruktif dan membantu dalam memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan musyawarah dan konsultasi untuk mencapai keputusan yang terbaik dan menghindari sikap atau tindakan yang merugikan orang lain atau melanggar norma-norma agama.
BACA JUGA: 6 Cara Mengatasi Islamophobia
Kepada Siapa Kritik Boleh Dilontarkan?
Dalam Islam, kritik dan protes boleh dilontarkan kepada siapa saja, termasuk pemimpin dan ulama. Namun, Islam menekankan pentingnya cara dan adab dalam menyampaikan kritik. Sebagai umat Islam, kita diharapkan untuk menyampaikan kritik dengan cara yang sopan, tidak menghina, dan tidak menimbulkan konflik atau kebencian.
Dalam menyampaikan kritik dan protes, Islam menyarankan agar dilakukan dengan cara yang positif dan konstruktif. Kita harus memberikan kritik yang membangun, dengan tujuan untuk membantu orang lain memperbaiki kesalahan atau kekurangan yang ada. Selain itu, Islam juga mengajarkan kita untuk memperhatikan tempat, waktu, dan cara dalam menyampaikan kritik. Kritik sebaiknya disampaikan di tempat yang tepat dan dalam suasana yang kondusif, agar tidak menimbulkan konflik atau kebencian.
Dalam Al-Quran, Allah SWT juga menekankan pentingnya menghormati orang lain, bahkan dalam situasi kritik atau perbedaan pendapat (QS. Al-Hujurat [49]: 11-12). Oleh karena itu, dalam menyampaikan kritik, kita harus menghormati dan tidak menyinggung perasaan orang yang dikritik. Jika kritik dan protes tersebut disampaikan dengan cara yang tepat dan adab, maka hal itu dapat membantu orang yang dikritik untuk memperbaiki diri dan meraih kebaikan di dunia dan akhirat.
Adab Kritik dan Protes Menurut Islam
Adab kritik dan protes menurut Islam sangat penting diperhatikan karena Islam mengajarkan umatnya untuk berbicara dengan cara yang baik dan sopan. Berikut ini beberapa adab kritik menurut Islam:
- Sampaikan kritik dan protes dengan cara yang baik dan sopan, tanpa menghina atau menyinggung perasaan orang yang dikritik.
- Gunakan kata-kata yang tepat dan jangan gunakan kata-kata kasar atau vulgar.
- Hindari menyampaikan kritik di depan orang banyak, kecuali jika hal itu memang diperlukan.
- Hindari menyampaikan kritik di tempat umum yang bisa menimbulkan konflik atau keributan.
- Sampaikan kritik secara langsung dan jangan menyebarkannya ke orang lain.
- Sampaikan kritik dengan tujuan yang baik, yaitu untuk memperbaiki keadaan atau membantu orang yang dikritik.
- Berikan solusi atau saran yang konstruktif untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang dikritik.
- Hindari menyampaikan kritik jika kita sendiri juga memiliki kesalahan atau kekurangan yang sama.
- Jangan menyampaikan kritik dan protes dengan emosi yang tinggi atau terlalu keras.
- Perhatikan waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan kritik dan protes.
Dalam menyampaikan kritik, Islam juga menekankan pentingnya menghormati orang lain dan menjaga kehormatan serta martabat mereka. Oleh karena itu, adab kritik yang baik akan membantu menjaga hubungan yang baik antar sesama manusia dan memperkuat tali persaudaraan dalam Islam.
Fenomena saat ini di beberapa negara Islam, kritik kepada pemimpin atau penguasa berakhir kepada penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan. Kenapa ini bisa terjadi?
Fenomena tersebut terjadi karena adanya pemahaman yang keliru dalam memahami ajaran Islam, terutama mengenai hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berekspresi. Beberapa penguasa negara Islam memandang bahwa kritik terhadap pemerintah atau pemimpin negara adalah tindakan yang merusak stabilitas dan keamanan negara, sehingga dilarang atau dianggap sebagai tindakan yang merugikan kepentingan umum.
Selain itu, fenomena tersebut juga dapat disebabkan oleh ketidakadilan dan kelemahan sistem hukum dalam negara tersebut, yang memungkinkan penguasa untuk mengeksploitasi kekuasaannya dan menekan kritik yang ditujukan kepada mereka. Pemerintah atau penguasa negara dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk menindak orang yang menyampaikan kritik, baik melalui penangkapan, pemenjaraan, atau bahkan tindakan yang lebih berat seperti pembunuhan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan ajaran Islam yang sebenarnya. Islam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebebasan berekspresi yang seimbang dengan nilai-nilai agama dan moral yang dijunjung tinggi. Kritik yang disampaikan dengan cara yang sopan, konstruktif, dan bertanggung jawab adalah hak setiap individu, dan pemerintah atau penguasa negara harus memastikan bahwa hak ini dihormati dan dilindungi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki sistem hukum dan memperkuat hak asasi manusia dalam negara-negara Islam, sehingga kritik dapat disampaikan dengan bebas dan tanpa rasa takut terhadap tindakan represif dari pemerintah atau penguasa negara. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan yang lebih baik dan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai Islam yang sebenarnya.
BACA JUGA: Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ?
Apakah Kritik Sama dengan Ghibah?
Mengkritik dan mengghibah adalah dua hal yang berbeda. Mengkritik adalah memberikan pendapat atau ulasan kritis terhadap suatu hal atau seseorang, dengan tujuan untuk memberikan masukan yang membangun dan membantu dalam memperbaiki atau meningkatkan kualitas hal tersebut. Kritik yang disampaikan secara konstruktif dan dengan niat baik dapat membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang.
Sedangkan mengghibah adalah mengucapkan perkataan buruk atau menyebarkan fitnah tentang seseorang di belakang punggung mereka, tanpa alasan yang jelas dan tanpa niat untuk memperbaiki atau membantu. Hal ini dapat menyebabkan kerugian dan merusak reputasi seseorang secara tidak adil.
Dalam Islam, mengghibah termasuk salah satu dosa besar dan diharamkan karena dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan antar sesama manusia dan melanggar hak privasi seseorang. Sebaliknya, kritik yang dilakukan dengan cara yang benar dan konstruktif dapat membantu seseorang tumbuh dan memperbaiki diri tanpa melanggar hak privasi atau merugikan orang lain.
Artinya Islam Melarang Ghibah Tapi Membolehkan Kritik?
Benar, Islam melarang mengghibah atau backbiting, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 12 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Sementara itu, dalam Islam, kritik yang konstruktif dan dengan niat baik sangat dianjurkan, dengan syarat dilakukan dengan cara yang sopan dan tidak menyakiti perasaan orang yang dikritik. Dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengkritik sesama Muslim dengan kritik yang baik, maka itu adalah sebagai memberikan obat yang menyembuhkan, dan barangsiapa yang mengkritik dengan kritik yang buruk, maka itu seperti memotong (membunuh) orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, Islam mengajarkan untuk bersikap kritis terhadap hal-hal yang memerlukan perbaikan, namun tetap menghargai martabat dan kehormatan sesama manusia.
Ada Kelompok dalam Islam yang Mengharamkan Kritik, Bagaimana Menyikapinya?
Jika ada kelompok atau individu yang tidak menerima kritik dengan baik dan justru mengambil tindakan yang merugikan atau merugikan orang lain, maka kita harus tetap bersikap tenang dan bijaksana. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Berbicara dengan sopan dan menghindari emosi yang berlebihan. Kita harus menyampaikan kritik dengan bahasa yang baik dan sopan, serta menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan konflik.
- Berusaha menjelaskan tujuan kritik dengan jelas dan tegas. Kita harus menjelaskan bahwa kritik yang disampaikan adalah untuk membantu memperbaiki dan tidak bermaksud merugikan atau menyerang kelompok atau individu tersebut.
- Menghindari pemaksaan. Jika kelompok atau individu tersebut tetap tidak menerima kritik, kita harus menghormati pendapat mereka dan tidak memaksakan pendapat kita.
- Menjaga hubungan yang baik. Kita harus tetap menjaga hubungan yang baik dengan kelompok atau individu tersebut, meskipun kita memiliki pandangan yang berbeda.
Dalam hal ini, kita juga dapat meminta bantuan dari pihak lain yang lebih ahli atau memiliki pengalaman dalam menghadapi situasi semacam ini, seperti pemuka agama atau tokoh masyarakat yang dapat membantu menjembatani komunikasi dan mencari solusi yang baik bagi semua pihak. (*)
Kreator/Editor : Dezete
Image : Twitter/MEE/Sindonews