Islamophobia

6 Cara Mengatasi Islamophobia






Islamophobia marak di Swedia. Politisi sayap kanan Denmark Rasmus Paludan, yang juga pemegang kewarganegaraan Swedia, melakukan tindakan tidak terpuji dengan membakar kitab suci Al-Qur’an di depan kedutaan Turki pada 21 Januari 2023 bulan lalu. Ia melakukan protes di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, karena Turki tak kunjung menyetujui Swedia menjadi anggota NATO.

Atas tindakan Paludan itu, sebagai bentuk Islamophobia, sontak kemarahan umat Muslim membuncah di seluruh dunia. Aksi protes dan demonstrasi berlangsung di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Di negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim lainnya seperti Pakistan, Irak, Iran dan Lebanon, protes dilakukan damai. Sekitar 12.000 umat Muslim dari partai Tehreek-e-Labiak Pakistan berunjuk rasa di Lahore, ibu kota provinsi Punjab timur untuk mengecam penodaan Alquran di Swedia dan Denmark. Dalam orasinya kepada para pengunjuk rasa, Saad Rizvi, ketua TLP Pakistan, meminta pemerintah mengajukan protes keras kepada Swedia dan Belanda agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

 

Di Indonesia, pada Senin, 30 Januari 2023, ratusan orang menggeruduk kantor Kedutaan Besar Swedia di Jakarta mengecam pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh aktivis sayap kanan Rasmus Paludan. Mereka mengibarkan bendera putih. Lebih dari 300 demonstran memenuhi jalan raya di depan kantor kedutaan. Mereka menginjak-injak serta membakar potret aktivis anti-Islam Denmark Rasmus Paludan bersama dengan bendera Swedia, Denmark dan Belanda.



Unjuk rasa juga dilakukan di Malaysia. Sekitar 1.000 orang berbaris ke kedutaan Swedia di Kuala Lumpur pekan lalu. Demonstran memprotes kelambanan pemerintah Swedia yang mendiamkan aksi Rasmus Paludan. Para pengunjuk rasa terdengar meneriakkan “Protes Swedia” dan “Hancur (hancurkan) Swedia.”

Sejumlah negara juga sudah mengajukan protes resmi. Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengutuk tindakan pembakaran Al Quran oleh Rasmus Paludan. Ia mendesak pemerintah Swedia mengambil tindakan tegas terhadap Paludan dan memeriksanya. Anwar mengatakan Paludan adalah bagian dari kebangkitan Islamophobia yang mengkhawatirkan di Swedia.

Pemerintah Indonesia telah mengecam keras pula pembakaran Al Quran oleh Paludan dengan memanggil Duta Besar Swedia Marina Berg pekan lalu. “Tindakan penodaan agama ini telah melukai dan menodai toleransi beragama,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada 22 Januari 2023, sebagaimana dikutip Tempo.co. “Kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab.”



Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson ikut mengutuk pembakaran Al Quran yang disebutnya sebagai tindakan yang sangat tidak sopan. Meski tindakan Paludan tak dibenarkan, Swedia tak bisa memprosesnya di jalur hukum. Alasannya, itu adalah bagian dari kebebasan berekspresi. “Kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi yang legal belum tentu sesuai. Membakar buku-buku yang suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” tandasnya.

Ia menambahkan, “Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini.”

 



Apa itu Islamophobia ?

Islamophobia

“Islamophobia” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap atau tindakan yang merendahkan, memojokkan, dan diskriminatif terhadap umat Islam dan keyakinan Islam secara umum. Istilah ini menggambarkan rasa takut, kebencian, dan prasangka yang tidak rasional terhadap orang-orang Muslim.

Islamophobia dapat menyebabkan diskriminasi dan kekerasan terhadap orang-orang Muslim, seperti penolakan untuk memberikan pekerjaan, layanan, atau akomodasi hanya karena agama mereka, atau tindakan kekerasan fisik atau verbal terhadap individu atau kelompok Muslim.

Penting untuk dicatat bahwa kritik terhadap praktik atau keyakinan Islam itu sendiri bukanlah Islamophobia, namun ketika kritik tersebut dipenuhi dengan prasangka dan stereotip yang merendahkan umat Muslim, maka hal tersebut dapat disebut sebagai tindakan Islamophobia.


Kapan Islamophobia muncul pertama kali?

Istilah “Islamophobia” pertama kali diperkenalkan pada akhir tahun 1990-an oleh sejarawan dan penulis Inggris bernama Dr. Abdulaziz Sachedina dalam bukunya yang berjudul “The Islamic Roots of Democratic Pluralism”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pandangan atau sikap yang tidak ramah atau diskriminatif terhadap umat Islam atau Islam secara keseluruhan.

ilustrasi islamophobia e1676524661176

Namun, sikap negatif terhadap Islam dan Muslim telah ada sejak lama dalam sejarah. Contohnya, pada abad ke-7 Masehi ketika Islam mulai menyebar di Eropa, terjadi konflik antara umat Kristen dan Muslim di Spanyol. Selain itu, pada abad ke-11 Masehi selama Perang Salib, umat Kristen Eropa menyerang dan membantai orang-orang Muslim di Palestina dan wilayah-wilayah lain yang dikuasai Muslim.



Pada abad ke-20, terutama setelah terjadinya serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, muncul isu-isu baru yang memicu kekhawatiran terhadap Islam dan umat Muslim di seluruh dunia. Hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap Muslim, serta memicu peningkatan kekhawatiran dan ketakutan di kalangan masyarakat mengenai terorisme dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis yang mengatasnamakan Islam.




Bagaimana sikap terbaik seorang Muslim dalam menyikapi fenomena Islamophobia?

Sebagai seorang Muslim, ada beberapa sikap yang dapat diambil dalam menyikapi fenomena Islamophobia:

    1. Berikan Edukasi: Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi Islamophobia adalah dengan memberikan edukasi tentang Islam dan budaya Muslim kepada orang lain. Banyak orang yang hanya memiliki pemahaman yang terbatas atau bahkan salah tentang Islam, dan mereka mungkin merasa takut atau enggan untuk belajar lebih banyak. Sebagai seorang Muslim, Anda dapat membantu menghilangkan ketakutan dan ketidaktahuan tersebut dengan memberikan informasi yang akurat dan jelas tentang keyakinan, praktik, dan budaya Muslim.
    2. Hindari Konfrontasi: Meskipun sering kali sulit, hindari konfrontasi dengan orang yang memiliki pandangan islamofobik. Tidak mudah untuk merubah pandangan orang secara cepat, dan kadang-kadang konfrontasi bisa memperburuk situasi. Sebaliknya, tunjukkan sikap yang baik dan berbicara dengan tenang dan sopan. Jangan biarkan diri Anda terlibat dalam diskusi yang emosional atau memprovokasi.
    3. Bangun Kemitraan: Salah satu cara yang baik untuk mengurangi Islamophobia adalah dengan membangun kemitraan dengan orang lain. Carilah kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan dan proyek bersama yang dapat mempererat hubungan antara Muslim dan non-Muslim. Ini dapat membantu memecahkan stereotipe dan memperkuat rasa saling pengertian.
    4. Pertahankan Identitas Muslim Anda: Ketika dihadapkan dengan Islamophobia, penting untuk tetap percaya diri dan mempertahankan identitas Muslim Anda. Jangan merasa malu atau terintimidasi untuk menunjukkan identitas Anda. Kita semua memiliki hak untuk mempertahankan identitas kita dan keyakinan kita.
    5. Jadilah Panutan: Sebagai seorang Muslim, Anda bisa menjadi panutan bagi orang lain dengan menunjukkan sikap yang baik dan toleransi. Ajaklah orang lain untuk lebih mengenal Islam dan budaya Muslim dengan memperlihatkan sikap yang baik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain.

    Dalam menyikapi Islamophobia, penting untuk memperlihatkan sikap yang baik, bertindak dengan tenang dan sabar, dan tetap mempertahankan identitas Muslim Anda. Dengan sikap positif dan edukasi, Anda dapat membantu mengurangi Islamophobia dan memperkuat rasa saling pengertian antara Muslim dan non-Muslim.




    Bagaimana Cara Mengatasi Islamophobia?

    Islamophobia adalah ketakutan, kebencian, atau diskriminasi terhadap Islam dan Muslim. Ada beberapa cara yang dapat membantu mengatasi Islamophobia:

    1. Pendidikan dan pemahaman yang lebih baik: Pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang Islam dapat membantu mengurangi ketakutan dan kebencian terhadap agama ini. Ini dapat mencakup belajar tentang sejarah Islam, praktek-prakteknya, dan nilai-nilai yang dianut oleh umat Islam.
    2. Dialog antar agama: Dialog antar agama dapat membantu memecahkan kesalahpahaman dan membuka pikiran yang terbuka untuk berbagai perspektif. Ini dapat mencakup acara pertemuan antar agama, diskusi kelompok kecil, atau bahkan percakapan informal dengan teman-teman yang berbeda keyakinan.
    3. Menghadapi dan menantang prasangka: Orang yang menunjukkan tanda-tanda Islamophobia mungkin memiliki prasangka yang terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk menantang prasangka ini dan menyatakan fakta-fakta yang benar mengenai Islam dan umat Muslim.
    4. Mendorong keragaman dan inklusivitas: Mendorong keragaman dan inklusivitas dapat membantu mendorong pengakuan bahwa Islam adalah bagian dari masyarakat yang beragam. Ini dapat mencakup mempromosikan kegiatan yang memperlihatkan keberagaman seperti acara multibudaya, mempromosikan hubungan antar kelompok dan mengeksplorasi budaya-budaya yang berbeda.
    5. Mendukung pemimpin dan aktivis yang mempromosikan persahabatan antar agama: Pemimpin dan aktivis yang mempromosikan persahabatan antar agama dapat menjadi contoh positif bagi masyarakat. Mereka dapat mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan memperlihatkan bagaimana perbedaan keyakinan dapat menguatkan dan memperkaya masyarakat.
    6. Mengambil tindakan hukum: Diskriminasi terhadap Muslim dan Islam di tempat kerja atau di tempat umum bisa saja melanggar hukum di beberapa negara. Jika Anda mengalami diskriminasi, tindakan hukum mungkin bisa membantu.

    BACA JUGA: Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim

    Dalam mengatasi Islamophobia, penting untuk diingat bahwa membutuhkan upaya dan kerja sama dari seluruh masyarakat. Selain itu, membuka pikiran dan bersedia untuk belajar dari orang lain juga akan membantu kita menjadi lebih menghargai dan toleran.

     

    Kreator/Editor : Dezete



    Image/Ilustrasi : Republika

     

     

     

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top