Hadits-hadits tentang Niat ini sudah cukup banyak dikutip di website alhadits ini. Niat menjadi penting untuk setiap aktivitas yang akan dan sedang kita lakukan, karena setiap amal bergantung kepada niat nya. Setiap mukmin akan mendapatkan sesuai niatnya.
Setiap Amal bergantung kepada Niat nya
Hadits tentang niat ini banyak menjadi pembuka kitab ulama seperti Imam An-Nawawi, Imam Bukhari lalu Abdul Ghani Al-Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, juga ada Al Bagawi dalam Syarhus Sunnah.
Sesungguhnya Hadits pembuka ini, Hadits-hadits tentang Niat, adalah salah satu kaidah dari iman, pondasi pertama, dan yang paling penting. Imam Syafi’i rahimullah mengatakan : “hadits ini masuk pada 70 bab dari ilmu fiqih”. Beliau juga bahkan mengatakan “hadits ini merupakan sepertiga dari ilmu”.
Para ulama terdahulu menyukai membuka kitab hadits yang ditulisnya dengan hadits ini karena sebagai pengingat kepada para penuntut ilmu untuk memperbaiki niat dan keinginan.
Keinginan harus dijaga hanya untuk mengharapkan wajah Allah dalam setiap amal-amal, yang tampak maupun tersembunyi. Intinya adalah hal ini. Luruskan niat untuk mengharapkan keridhoan Allah SWT.
Hadits Bukhari Muslim
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab berkata, ”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya tiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan yang dianggap bagi tiap manusia apa yang ia niatkan. Maka yang hijrahnya tulus ikhlas menurut kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrah itu diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan siapa yang niat hijrahnya untuk dunia (kekayaan) yang akan didapat (dikejar), atau wanita yang akan dikawin, maka hijrah itu terhenti pada niat hijrah yang ia tuju.’” (Bukhari, Muslim)
Oleh karena itu, sebaiknya setiap perbuatan dan aktivitas yang akan kita lakukan sebaiknya diniatkan untuk ibadah. Karena jika diniatkan untuk ibadah, maka perbuatan atau aktivitas baik tersebut akan bernilai ibadah di mata Allah, dan menjadi pahala bagi kita.
Menurut Hadits-hadits tentang Niat, Suatu perbuatan yang sebenarnya hanya merupakan kebiasaan tapi jika diniatkan untuk ibadah maka dapat berbuahkan pahala. Misalnya, niat makan, minum, mandi itu merupakan suatu kebiasaan yang sifatnya mubah atau boleh tetapi ketika kita makan kita niatkan insyaaAllah ini akan menguatkan kaki untuk pergi ke masjid atau kita minum teh dulu agar nanti saat ikut pengajian bisa lebih kuat. Nah niat makan dan minum yang ditujukan untuk ibadah itu mendapatkan pahala. Berbeda dengan jika kita makan karena nafsu saja, atau syahwat semata.
Hadits-hadits tentang Niat. Niat berbuat baik dan niat berbuat buruk
Hadits pertama
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ الْجَعْدِ أَبِي عُثْمَانَ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيُّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ الْجَعْدِ أَبِي عُثْمَانَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمَعْنَى حَدِيثِ عَبْدِ الْوَارِثِ وَزَادَ وَمَحَاهَا اللَّهُ وَلَا يَهْلِكُ عَلَى اللَّهِ إِلَّا هَالِكٌ
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari al-Ja’d Abu Utsman telah menceritakan kepada kami Abu Raja’ al-Utharidi dari Ibnu Abbas dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dari sesuatu yang diriwayatkan dari Rabbnya, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan dan kejelekan, kemudian menerangkan hal tersebut, ‘Barangsiapa berkeinginan untuk kebaikan namun belum melakukannya maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna untuknya, dan barangsiapa berkeinginan untuk suatu kebaikan lalu melakukannya maka Allah mencatat untuknya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat hingga beberapa kali lipat. Dan jika dia berkeinginan untuk kejelekan namun dia belum mengerjakannya, maka Allah akan mencatatnya sebagai kebaikan yang sempurna untuknya, namun jika dia mengamalkannya maka Allah mencatatnya sebagai satu dosanya‘.” Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman dari al-Ja’d Abu Utsman dalam sanad ini dengan makna hadits Abdul Warits, dan dia menambahkan, ‘Dan Allah menghapusnya, dan tidaklah celaka (karena durhaka) kepada Allah melainkan orang yang celaka‘.”