Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim




 Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim

 

 

 

Siapa bilang Islam itu tidak toleran (intoleran), yaitu selalu memandang orang non-Muslim sebagai musuh. Stereotipe-nya adalah ayat 29 dalam surah Al-Fath: “Assida’u alal kuffar wa ruhama bainahum” (Tegas/keras terhadap kaum kafir dan berkasih sayang dengan sesama Muslim). Padahal sikap tegas dalam ayat itu adalah langkah pamungkas/terakhir, yaitu jika non-Muslim tidak bersikap baik atau selalu memusuhi, mengkriminalisasi, atau mempersekusi kaum Muslim. Sebaliknya, selama mereka bersikap baik-baik saja, maka orang Islam tidak berhak untuk menyakiti atau berperilaku keras/ganas kepada mereka.

Dari berbagai literatur yang ada menyebutkan, terdapat beberapa kalangan non-Muslim, baik dari Nashrani maupun Yahudi, yang menjalin hubungan baik dengan kaum Muslim, baik di masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, maupun Daulah Islamiyah (Bani Umayyah, Abbasiyah, dan lainnya). Dari fakta ini jelas bahwa Islam atau kaum Muslim sangat toleran, dan tidak bersikap radikal terhadap kaum non-Muslim. Jadi stereotipe bahwa kaum Muslim selalu memandang musuh pada orang-orang non-Muslim itu salah besar. Mari kita simak bersama fakta sejarah dibawah ini.

Interaksi Muslim terhadap non-muslim; Nabi Bertemu Buhaira, Nestorius dan Waraqah

Kalau kita lihat catatan sejarah (kronikel) maupun buku-buku Sirah (perjalanan hidup) sangat jelas dan gamblang bagaimana kaum Muslimin berinteraksi dengan kaum non-Muslim. Diceritakan, terkait Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim, Rasulullah saat remaja pernah bertemu dengan pendeta Buhaira dan Nestorius, sedangkan semasa menikah dengan Siti Khadijah bertemu Waraqah bin Naufal, paman Khadijah yang notabene seorang tokoh Kristen.

Alkisah, suatu hari ketika Abu Thalib hendak melakukan ekspedisi dagang ke Syam bersama kafilah Quraisy, Muhammad yang ketika itu masih berumur 12 tahun berkata, “Pamanku, kepada siapa engkau akan menitipkanku? Mengapa tidak kau ajak aku? Sementara aku tidak memiliki pelindung selain mu.”

Perkataan Muhammad itu menjadikan Abu Thalib terharu. Maka diangkatnya tubuh Muhammad dan didudukkannya si atas hewan yang ditungganginya. Keduanya pun bersama-sama menempuh perjalanan ke negeri Syam.




Buhaira Melihat Tanda Kenabian

Setelah melakukan perjalanan yang teramat jauh, suatu hari mereka sampai di sebuah tempat pertapaan di Bushra atau Bashrah, antara Syam dan Hijaz, sekarang masuk wilayah Irak. Disana mereka kembali bertemu dengan seorang rahib/pendeta bernama Buhaira. Ketika melihat Muhammad kecil selalu dipayungi oleh awan, Buhaira segera memperhatikan dengan seksama dan menghampirinya, lalu diperiksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Ia menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu.

Pesan Buhaira kepada Abu Thalib

Buhaira juga berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik Bani Israil. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.

Ramalan Buhaira itu kemudian terbukti benar, Muhammad memperoleh wahyu pada usia empat puluh tahun. Malaikat Jibril mendatangi dan memberitahunya bahwa Allah mengutusnya sebagai nabi yang menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada umat manusia. Muhammad kemudian menyeru manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa.

Buhaira adalah seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib/pendeta Kristen Nestorian yang melihat tanda-tanda kenabian Muhammad. Ia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Suriah).




Bertemu dengan Pendeta Nestorius

Kisah lain, dalam kaitannya dengan Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim, ketika Muhammad Saw membawa dagangan Khadijah bersama Maysarah saat usianya 25 tahun, sesampainya di suatu tempat menuju Syam, ia kemudian bersandar di bawah sebatang pohon dekat gereja. Kemudian seorang pendeta yang bernama Nestor (Nestorius) bertanya kepada Maysarah, “Siapa orang yang berteduh di bawah pohon tersebut?” Kemudian Maysarah menjawab, “Dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus ‘al-Haram’ (Ka’bah).” Lalu Nestorius pun berkata kembali bahwa tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi.

Dalam Al Qur’an surah Ash-Shaff ayat 6, Allah berfirman kepada Isa bin Maryam as. tentang akan datangnya seorang Nabi terakhir, firman tersebut berbunyi: “…dan (aku) memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad).

 

 




2 thoughts on “Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim”

  1. Pingback: Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ? - Hadits Bukhari Muslim

  2. Pingback: Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ? - Hadits Bukhari Muslim

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top