Kiat Jadi Pendakwah ala Uje. Muhammad Jefri Al-Buchori atau lebih dikenal sebagai Ustadz Jefri Al-Buchori (panggilan Uje) adalah sosok ustadz atau dai muda yang reputasinya cukup fenomenal di Tanah Air. Bila sedang mengisi acara ceramah atau tausiyah di masjid atau tempat terbuka, maka ribuan jamaah atau orang menghadiri acara tersebut. Selain tampilannya yang menarik bak pesohor, cara penyampaian materinya pun cukup mengena dan mudah dicerna, sehingga hadirin merasa tidak bosan karena keasyikan dan terkesima dengan cara pembawaannya. Apalagi beliau juga sering menyelingi materi ceramahnya dengan joke-joke atau humor-homor segar, sehingga membikin cair suasana. Selain dikenal sebagai seorang dai atau pendakwah, sosok kelahiran 12 April 1973 di Jakarta ini juga dikenal sebagai seorang penyanyi lagu-lagu religi dan juga seorang aktor, karena beberapa judul film sempat dibintanginya. Karena itu banyak yang menyebut suami Ummi Pipik ini sebagai figur yang multi talent.
Uje Kecil
Sebelum dikenal sebagai dai kondang, Uje kecil telah menunjukkan ketertarikan pada mata pelajaran agama dan kesenian. Setelah tamat SD, Uje dan kedua kakaknya bersekolah di pesantren modern di Daar El Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang. Namun Uje hanya mengikuti pendidikan selama 4 tahun saja, setelah itu pindah sekolah ke Madrasah Aliyah di Jakarta. Sejak kecil Uje menunjukkan bakat untuk tampil di depan umum dengan meraih prestasi di ajang MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran), hingga tingkat provinsi berhasil ia raih. Namun masa remaja Uje tidak selamanya mulus, beliau pernah tersandung kasus narkoba dan miras. Beruntung beliau segera insyaf dan kembali ke jalan hidayah Allah hingga kemudian dikenal sebagai pendakwah yang cukup masyhur di Indonesia, karena sering menghiasi layar kaca televisi nasional.
Wafat di Usia ke 40
Sayang Uje tidak berumur panjang. Di usianya yang ke-40 tahun beliau dipanggil menghadap Allah pada 26 April 2013, akibat sebuah kecelakaan fatal tunggal di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Namun demikian, beliau telah meninggalkan banyak legacy dan karya yang bisa dinikmati oleh masyarakat hingga sekarang. Salah satunya adalah buku berjudul “Kiat Jadi Dai Muda” yang diterbitkan oleh Pustaka IIMAN pada November 2005, yang kali ini sebagian kiat-kiatnya kami hadirkan untuk pembaca Alhadits.net. Terutama yang memiliki keinginan kuat menjadi seorang pendakwah seperti beliau (alm). Inilah Kiat Jadi Pendakwah Ala Uje. Menurut Uje, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan jika seseorang akan tampil sebagai penceramah di muka umum atau khalayak ramai. Supaya dia bisa tampil secara meyakinkan dan berkesan. Tahapan tersebut antara lain persiapan ceramah, penyusunan materi, penyampaian ceramah, dan teknik humor.
Kiat Jadi Pendakwah ala Uje
Tahap Persiapan Ceramah
Tahap persiapan ceramah ini, kata Uje, pada umumnya ada empat cara, yaitu impromtu, manuskrip, memoriter dan ekstempore. Berikut ini uraian detilnya:
Impromtu
Impromtu adalah ceramah yang sifatnya mendadak tanpa persiapan. Kalaupun ada persiapan sifatnya spontan dan sebentar sekali. Karena persiapannya sangat sebentar maka dituntut banyak improvisasi. Bagi penceramah yang sudah kondang, atau makan asam garam, maka cara impromptu ini bisa membawa berkah tersendiri, karena spontan biasanya lebih orisinil, gak dibuat-buat dan juga materi ceramahnya bisa lebih segar dan hidup. Namun bagi penceramah pemula/baru, cara impromptu ini sebaiknya dihindari, karena akan mengakibatkan demam panggung atau materi ceramahnya amburadul.
Manuskrip
Manuskrip adalah ceramah dengan persiapan makalah atau bahan yang tersusun rapi. Ketika penceramah sedang menyampaikan dia akan berpatokan dengan makalah tersebut. Tapi bagi penceramah yang sudah berpengalaman, makalah ini biasanya tidak terlalu dijadikan pegangan, dia lebih mengedepankan improvisasi. Ini mengingat bahasa lisan dan tulisan memiliki perbedaan. Bahasa tulisan lebih lugas dan cair, sedangkan bahasa tulisan lebih baku dan kaku.
Memoriter
Cara Memoriter lebih rigid dibanding manuskrip. Penceramah akan berceramah berdasarkan bahan yang telah ditulis dan diingat kata per kata. Jadi terkesan isi ceramahnya itu hafalan. Memang kata-kata yang meluncur dari lisan sang penceramah terkesan tersusun rapi dan sistematis. Namun malah kurang ada improvisasi, karena terlalu text book. Cara ini biasanya banyak dipakai oleh para dai pemula atau adik-adik yang ingin jadi seorang dai, muballigh, atau orator. Biasanya untuk tampil pertama kali mereka menggunakan cara memoriter ini, yaitu menghafal materinya kata demi kata, sampai dia lancar dan bahkan hafal diluar kepala.
Ekstempore
Cara Ekstempore ini bisa digunakan oleh para dai atau penceramah yang sudah kondang atau berpengalaman. Mereka berceramah dengan menggunakan outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang bahasan (supporting points). Biasanya materi disampaikan dengan menggunakan slide atau power point lewat bantuan alat proyektor (infocus). Cara ini lebih interaktif dan cair, karena penceramah bisa menyampaikan materinya secara fleksibel, tidak lagi harus mengingat kata per kata, yang terkesan menghafal.
Tahap Penyusunan Materi
Kita mungkin pernah menyaksikan seorang penceramah di atas panggung atau mimbar yang begitu memukau hadirin/jamaah. Sehingga ketika penceramah tersebut mau mengakhiri ceramahnya para hadirin memintanya untuk terus lanjut karena keasyikan mendengarkan materi dan gaya ceramahnya. Penceramah atau dai yang bisa tampil sedemikian memukau atau menyihir pendengar atau hadirinnya, kuncinya terletak pada alur (susunan) materi yang sedemikian lancar, bak air mengalir. Nah, bagaimana membuat susunan materi yang lancar? Menurut Uje, sebuah materi ceramah akan menjadi lancar bila memenuhi tiga syarat: 1) Menyatu-padu (unity), 2) Bertautan (coherence), 3) Adanya titik balik atau penekanan (emphasis).