Muslim Keras Terhadap Non-Muslim?

Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ?

 

Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ?

Apakah Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ? Melanjutkan artikel sebelumnya berjudul “Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim, kali ini kami paparkan fakta sejarah tentang keterlibatan kaum non-Muslim dalam pemerintahan Daulah/Bani Umayyah, Abbasiyah, dan Fathimiyah. Sehingga stereotipe bahwa ajaran Islam menganjurkan kekerasan terhadap non-Muslim terbantahkan. Apakah Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ? Silahkan disimak dengan seksama !

Baca Juga : Interaksi Muslim Terhadap Non-Muslim 

 

Muslim Keras Terhadap Non-Muslim ? Ini Fakta Keterlibatan Nashrani dalam Pemerintahan Umayyah

Masih dikutip dari buku “Koeksistensi Islam-Kristen” yang ditulis Mun’im Sirry (2022) bahwa di masa daulah Islamiyah setelah Khalafaur Rasyidin, keterlibatan kaum non-Muslim, baik Nashrani, Yahudi maupun Majusi dalam pemerintahan Islam awal tercatat cukup banyak. Diceritakan oleh Ya’qubi (sejarawan, dan ahli geografi Arab terkenal yang hidup di Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah), dalam kitab al-Tarikh-nya, bahwasannya Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pendiri Dinasti/Daulah Ummayah di Damaskus Syria adalah penguasa Muslim pertama yang memperkerjakan orang-orang Nashrani dalam pemerintahannya. Apa yang dilakukan Muawiyah tersebut selanjutnya menjadi kebijakan para khalifah setelahnya, dan bahkan berlanjut hingga zaman Abbasiyah. Di antara jabatan publik yang dipercayakan kepada orang-orang Nashrani ialah posisi sebagai pengumpul pajak (jizyah). Posisi politik ini tidak bisa dianggap sepele, karena terkait dengan sumber pemasukan negara, yang menentukan gerak laju roda pemerintahan.

Mu’awiyah Mengangkat Sarjun bin Manshur

Salah satu keluarga Nashrani yang mendapat kepercayaan Mu’awiyah dan sejumlah khalifah Umayyah berikutnya untuk menempati pos-pos pemerintahan penting ialah keluarga Manshur. Dalam catatan sejarawan Thabari, seorang Nashrani bernama “Sarjun bin Manshur” diangkat oleh khalifah Mu’awiyah sebagai “katib wa shahib amrihi” (sekretaris dan pengatur kegiatannya). Rupaya Mu’awiyah menaruh kepercayaan yang sangat besar pada sosok Sarjun bin Manshur ini, sehingga ia dipercaya untuk selalu menemani atau mengawal putera mahkotanya, Yazid bin Mu’awiyah. Disebutkan dalam sumber-sumber Muslim dan non-Muslim bahwa keluarga Manshur memiliki peran yang besar bagi pemerintahan Islam awal, juga bagi sejarah perkembangan Nashrani pada masa pertemuan “Muslim-Nashrani” yang awal.

Yuhanna bin Sarjun bin Manshur Sebagai Teolog Nashrani

Lebih dari itu, putra Sarjun bin Manshur bernama “Yuhanna bin Sarjun bin Manshur” merupakan tokoh Nashrani terkemuka pada zaman khilafah Umayyah. Reputasi Yuhanna melampaui wilayah Arab. Dia merupakan teolog Nashrani pertama yang merespons secara serius terhadap tantangan teologis yang menghadang Nashrani sejak kemunculan Islam. Di kalangan komunitas Nashrani, Yuhanna dikenal dengan nama “Yuhanna al-Dimasqi” atau di Barat disebut “John of Damascus”. Gereja Katolik menyebutnya sebagai “Doctor of the Chruch” karena kontribusinya terhadap perkembangan teologi dan doktrin Gereja.  

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top