meninggalkan sholat

5 Kiat Menyadarkan Muslim yang Meninggalkan Sholat dan Puasa Ramadhan

Isi Artikel



Orang Islam yang meninggalkan sholat, puasa Ramadhan, dan amalan Islam lainnya apakah bisa dihukumi dia telah keluar dari Islam (murtad)?

Tidak bisa menghukumi seseorang yang meninggalkan sholat, puasa Ramadhan, dan amalan Islam lainnya  sebagai murtad (keluar dari Islam).

Dalam Islam, iman (kepercayaan) dan Islam (amalan) adalah dua hal yang berbeda namun saling terkait. Seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, maka ia dianggap sebagai seorang muslim.

Namun, menjaga dan melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam Islam seperti sholat, puasa, dan lainnya adalah amalan yang menjadi bukti dari keimanan seseorang. Jika seseorang meninggalkan sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya tersebut, maka itu bisa menunjukkan kurangnya ketaatan dan keimanan pada ajaran Islam, namun tidak secara otomatis membuatnya keluar dari Islam.



Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menghukumi seseorang sebagai murtad. Misalnya, alasan mengapa seseorang meninggalkan amalan Islam harus diketahui. Mungkin ada alasan yang masuk akal dan bisa diterima, seperti alasan kesehatan atau dalam situasi darurat. Atau mungkin ada masalah lain yang memengaruhi ketaatan seseorang pada agama.

Sebagai muslim, sebaiknya kita memperhatikan kondisi tersebut dan mencoba membantu orang tersebut untuk kembali pada jalan yang benar. Menjaga keimanan dan amalan dalam Islam adalah tanggung jawab setiap individu muslim dan tidak boleh dipaksakan oleh orang lain.

 

Meninggalkan sholat dan puasa Ramadhan serta amal sholeh lainnya apakah itu tidak termasuk dosa besar?



meninggalkan sholat

Meninggalkan sholat dan puasa Ramadhan serta amal sholeh lainnya termasuk dosa besar dalam Islam karena merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah SWT yang diwajibkan bagi setiap muslim.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ma’un ayat 4-5 yang artinya: “Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (memberikan) bantuan.” Selain itu, meninggalkan sholat dan puasa Ramadhan juga dianggap sebagai dosa besar berdasarkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.

Namun, meskipun meninggalkan sholat dan puasa Ramadhan serta amal sholeh lainnya termasuk dosa besar, tetap saja Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya dengan sungguh-sungguh.

Sebagai muslim, kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan ketaatan dan amalan kita kepada Allah SWT, serta menghindari dosa-dosa besar maupun kecil yang dapat menghambat kita dalam mencapai ridha Allah SWT.




Menurut teologi Khawarij, orang yang berbuat dosa besar dihukumi telah keluar dari Islam (murtad/kafir).

Dalam ajaran teologi Khawarij, orang yang berbuat dosa besar dapat dihukumi telah keluar dari Islam (murtad) karena dianggap telah melanggar hukum Allah SWT dengan sengaja. Khawarij menganggap bahwa setiap dosa besar yang dilakukan oleh seorang muslim secara otomatis membuatnya keluar dari Islam, tanpa mempertimbangkan niat dan keadaan yang mendasari tindakan tersebut.

Namun, pandangan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, meskipun meninggalkan kewajiban-kewajiban dalam Islam seperti sholat, puasa, dan lainnya termasuk dosa besar, tetap saja seseorang tidak secara otomatis keluar dari Islam.



Dalam Islam, konsep taubat sangatlah penting dan Allah SWT senantiasa membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin kembali pada-Nya dengan sungguh-sungguh (taubatan nasuha). Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak menghukumi seseorang sebagai murtad hanya karena berbuat dosa besar. Sebaliknya, kita harus membantu dan mendorong orang tersebut untuk kembali pada jalan yang benar dan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT.




Sebaliknya menurut teologi Murji’ah, orang yang berdosa besar masih dianggap mukmin, bukan kafir.

Benar, menurut ajaran teologi Murji’ah, orang yang berdosa besar masih dianggap sebagai seorang mukmin, meskipun telah melakukan dosa besar.

Murji’ah menganggap bahwa iman seseorang tidak dapat dicabut hanya karena melakukan dosa besar, melainkan hanya Allah SWT yang berhak menentukan siapa yang beriman dan siapa yang tidak. Oleh karena itu, menurut pandangan Murji’ah, seseorang tetap dianggap sebagai mukmin meskipun telah melakukan dosa besar.



Namun, pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar karena Islam mengajarkan bahwa iman dan amal saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun seseorang masih dianggap sebagai mukmin, melakukan dosa besar tetap akan berdampak pada kondisi imannya. Sebaliknya, melaksanakan amal sholeh akan memperkuat iman seseorang.

Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak memandang sepele dosa besar dan harus berusaha untuk menghindarinya, serta terus memperkuat iman dan amal sholeh kita. Namun, kita juga harus selalu mengingat bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan senantiasa membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin kembali pada-Nya dengan sungguh-sungguh.




Sedangkan menurut teologi Mu’tazilah, orang yang telah berbuat dosa besar bukan kafir dan bukan mukmin, tapi posisinya diantara keduanya (manzilah baina manzilatain).

Benar, menurut ajaran teologi Mu’tazilah, orang yang telah berbuat dosa besar bukanlah kafir atau mukmin, tetapi berada di antara kedua posisi tersebut, yaitu manzilah baina al-manzilatayn (kedudukan di antara dua kedudukan).

Mu’tazilah menganggap bahwa seseorang tidak boleh dihukumi sebagai kafir hanya karena melakukan dosa besar, karena iman dan Islam tidak dapat dicabut hanya karena dosa. Namun, Mu’tazilah juga menganggap bahwa orang yang telah melakukan dosa besar telah melemahkan imannya dan memudar keislamannya.



Oleh karena itu, menurut pandangan Mu’tazilah, seseorang yang telah melakukan dosa besar tidak boleh dihukumi sebagai kafir, tetapi juga tidak bisa dianggap sebagai mukmin yang benar-benar beriman. Sebaliknya, posisi seseorang yang telah melakukan dosa besar adalah di antara kedua kedudukan tersebut.

Namun, sebaiknya kita tidak memandang enteng dosa besar dan harus berusaha untuk menghindarinya, serta terus memperkuat iman dan amal sholeh kita. Kita harus senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kita.

 

Dalil yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin dan bukan kafir.



Terdapat beberapa dalil yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap dianggap sebagai mukmin dan bukan kafir:

Pertama, Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa’ ayat 48 :

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (menyekutukan-Nya dengan selain-Nya), dan dosa yang selain dari itu diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa besar.”

Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan jaminan bahwa dosa besar selain dari dosa syirik masih bisa diampuni oleh-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang telah melakukan dosa besar tidak otomatis menjadi kafir, tetapi masih bisa diampuni dan tetap dianggap sebagai mukmin.

Kedua, Hadist riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَشْهَدُكَ أَنَّكَ إِنْ عَذَّبْتَ عَبْدًا مِنْ أُمَّتِي بِالنَّارِ، ثُمَّ قَالَ: يَا رَبِّ أَنْزِلْنِي مِنْهَا فَإِنَّهَا تُحَرِّقُهُ، وَإِنَّمَا خَلَقْتَهُ لِلْجَنَّةِ، وَقَدْ أَيَّدْتُهُ عَلَى الْإِسْلَامِ، فَلا يَزَالُ فِي النَّارِ أَبَدًا، فَاقْضِ بَيْنِي وَبَيْنَهُ) إِلاَّ أَخْرَجْتَهُ مِنْهَا كَمَا أَخْرَجْتَنِي مِنْهَا أَلْبَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ يَوْمَ حُنَيْنٍ وَكَانَ مِنْ تَمَامِ الدِّينِ وَالْأَدَبِ وَالْحَلَمِ

 

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku bersaksi kepada-Mu bahwa tidak seorang pun dari umatku yang beriman kepadaku dan kemudian kufur. Dan tidak pula yang melakukan dosa besar dan kemudian menjadi kafir. Jika Engkau mengazab seorang hamba dari umatku dengan neraka, lalu ia berkata, ‘Ya Allah, keluarkanlah aku dari neraka, karena sesungguhnya aku diciptakan untuk surga dan telah meyakini Islam,’ maka janganlah Engkau biarkan ia terus berada di neraka selamanya.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan pakaian beliau pada hari Hunain, dan pakaian tersebut lengkap dengan agama, akhlak, dan kesabaran.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menegaskan bahwa seseorang yang telah beriman kepada Allah SWT tidak akan menjadi kafir, bahkan jika ia melakukan dosa besar.



Ketiga, Hadits riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Seseorang melakukan dosa besar dan dia berpikir bahwa Allah tidak akan mengampuninya. Maka dia menjadi putus asa dari rahmat Allah, dan itu adalah dosa yang lebih besar daripada dosa besar yang telah dia lakukan.”

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menunjukkan bahwa seseorang yang telah melakukan dosa besar tetap bisa diampuni oleh Allah SWT jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubatan nasuha). Oleh karena itu, seseorang yang melakukan dosa besar tetap dianggap sebagai mukmin dan bukan kafir.

 

Keempat, Hadits dari Rasulullah SAW yang bersabda :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الرَّحْمَةَ وَخَلَقَ الرَّحْمَةَ قَبْلَ خَلْقِ شَيْءٍ، فَجَعَلَهَا فِي عَرْشِهِ فَإِذَا أَرَادَ بِعَبْدٍ رَحْمَةً مِنْهُ أَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْيُسْرَى فَقَالَ: يَا رَحْمَتِي، فَتَغِيظُ رَحْمَتُهُ عَلَى غَضَبِهِ

 

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menurunkan rahmat dan menciptakan rahmat sebelum menciptakan apapun. Allah kemudian menempatkan rahmat-Nya di atas Arsy-Nya, dan bila Allah ingin memberikan rahmat pada seorang hamba-Nya, Allah akan menunjukkannya dengan jari-Nya yang kiri seraya berfirman, ‘Wahai rahmat-Ku.’ Maka rahmat-Nya akan mengalahkan murka-Nya.” (HR. Muslim)



Demikian beberapa dalil yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap dianggap sebagai mukmin dan bukan kafir. Namun, sebaiknya kita tidak memandang enteng dosa besar dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas iman dan amal kita serta berusaha untuk menghindari dosa besar tersebut.

BACA JUGA: Bacaan Sholat Rasulullah

Kiat menyadarkan orang Islam yang lama meninggalkan sholat, puasa Ramadhan, dan amalan Islam lainnya.

Ada beberapa cara atau kita yang bisa dilakukan untuk menyadarkan orang Islam yang lama meninggalkan sholat, puasa Ramadhan, dan amalan Islam lainnya. Berikut adalah beberapa cara/kiat yang bisa dilakukan:




Mengajak untuk kembali beribadah secara bertahap

Sebaiknya jangan mengajak seseorang yang lama meninggalkan sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya untuk langsung kembali beribadah secara penuh. Lebih baik di ajak secara bertahap, misalnya dengan mengajaknya untuk shalat satu atau dua rakaat terlebih dahulu, kemudian meningkatkan jumlahnya secara perlahan-lahan. Hal ini dapat membantu seseorang untuk kembali terbiasa beribadah secara bertahap.

Memberikan motivasi dan pemahaman tentang pentingnya amalan Islam

Memberikan motivasi dan pemahaman yang jelas tentang pentingnya sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya dapat membantu seseorang untuk kembali beribadah. Jangan hanya menekankan pada dosa dan hukuman, tetapi berikan pemahaman yang positif mengenai kebaikan dan manfaat dari amalan Islam.

Memberikan contoh yang baik

Memberikan contoh yang baik dengan menjalankan amalan Islam secara konsisten juga dapat membantu seseorang untuk kembali beribadah. Seseorang yang lama meninggalkan meninggalkan sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya bisa ditunjukkan contoh yang baik melalui kehidupan sehari-hari dengan cara yang baik dan santun.




Mengajak berdiskusi dengan cara yang bijak

Mengajak seseorang untuk berdiskusi secara bijak dan terbuka mengenai alasan mereka meninggalkan sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya juga bisa membantu. Berdiskusi dengan cara yang bijak dan terbuka dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk berbicara tentang alasan mereka meninggalkan amalan Islam dan mencari solusi bersama.

meninggalkan sholatBerdoa dan memberikan dukungan moral

Berdoa dan memberikan dukungan moral juga sangat penting. Memberikan dukungan moral dengan memberikan motivasi, inspirasi, dan doa dapat membantu seseorang untuk tetap semangat dalam menjalankan amalan Islam.

Demikian beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyadarkan orang Islam yang lama meninggalkan sholat, puasa, dan amalan Islam lainnya. Namun, sebaiknya dilakukan dengan cara yang bijak, santun, dan penuh kasih sayang untuk membantu seseorang kembali pada jalan yang benar, tidak lagi meninggalkan sholat, dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. (*)

 

 

 





Kreator/Editor : Dezete

Image : pixabay

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top