Khalifah Abu Bakar Ash-shidiq

Perang Penaklukan di Masa Khalifah Abu Bakar

Khalifah Abu Bakar adalah khalifah pertama di masa Khulafaur Rasyidin. Sepeninggal Rasulullah Saw para sahabat bersepakat mengangkat beliau sebagai pemimpin kaum muslimin menggantikan Beliau Saw.





Nama asli beliau atau nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amr bin ‘Amr bin Ka’ab bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy bin Ghalib al-Qurasyi at-Taimi. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah Saw pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.

Nama Abu Bakar, adalah nama sebutan yang diambil dari kata al-Bakr yang berarti unta muda. Hal ini karena dahulu ia biasa bermain-main dengan anak unta layaknya anak-anak Arab pada umumnya. Nabi Saw memberinya julukan lain, yaitu al-‘Atiq berdasarkan sabda beliau: “Engkau adalah orang yang dibebaskan Allah (al-‘Atiq) dari api neraka.” Gelar Abu Bakar adalah ash-Shiddiq karena beliau senantiasa membenarkan Rasulullah Saw.

BACA JUGA : Kenapa Nabi Muhammad Tokoh No.1 Sejagad?




Kelahiran dan Ciri Fisik Abu Bakar

Abu Bakar lahir di kota Mekah, kurang lebih dua tahun setelah tahun gajah. Beliau dibesarkan dalam lingkungan yang baik oleh kedua orang tuanya yang mulia dan terhormat dalam kaum mereka.

Abu Bakar Makkah

Beberapa riwayat menyebutkan ciri-ciri fisik beliau, diantaranya: berkulit putih, perawakannya bagus, kurus, sedikit bungkuk, sarungnya sering turun dari pinggangnya, wajahnya kurus (sedikit dagingnya), matanya cekung masuk ke dalam, kecil betisnya, pahanya kekar, dahinya maju dan beliau mewarnai janggutnya dengan heena dan katam.



Ayah beliau bernama Utsman bin ‘Amir yang diberi kunyah Abu Quhafah. Ia masuk Islam ketika Fathu Makkah dan membaiat Rasulullah Saw. Ibu beliau bernama Salma binti Shakr diberi kunyah Ummu al-Khair.




Mengikuti Seluruh Peperangan di Masa Rasulullah

Para ahli sejarah sepakat bahwa Abu Bakar ikut serta dalam seluruh peperangan bersama Rasulullah Saw. Salamah bin al-Akhwa’ berkata, “Aku berperang bersama Nabi Saw dalam tujuh peperangan dan ikut dalam sembilan ekspedisi militer. Terkadang Abu Bakar menjadi pemimpin kami dan terkadang Usamah bin Zaid.”



Abu Bakar menjadi khalifah selama dua tahun (632-624 M) mulai mencoba memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga ke wilayah Syam dan Irak yang berada di bawah kekuasaan Romawi dan Persia. Dibawah panglima Khalid bin Walid pasukan muslimin berjaya dan memenangkan berbagai peperangan, baik menghadapi pasukan Persia maupun Romawi, sehingga wilayah kekuasaan Islam pun makin luas. Berikut ini kisah penaklukan di masa Khalifah Abu Bakar yang dikutip dari Buku “Abu Bakar Ash-Shiddiq” karya Abu Jannah:

BACA JUGA: BAB : PERINTAH PERANG TERHADAP ORANG KAFIR HINGGA MEREKA MENGAKUI BAHWA TIADA TUHAN KECUALI ALLAH DAN NABI MUHAMMAD UTUSAN ALLAH




Penaklukan Irak dan Syam

Tujuan utama dari penyebaran Islam bukanlah seperti anggapan sebagian orang, yaitu menyebarkan agama Islam dengan pedang. Namun ia adalah bentuk pencerahan demi menyelamatkan umat manusia dari peribadatan pada manusia menuju peribadatan pada Pencipta manusia. Menghapuskan kezaliman dan kelakuan para raja zalim yang sewenang-wenang memperbudak manusia.



Awalnya penyebaran ini dilakukan dengan dakwah secara damai seperti yang didakwahkan Rasulullah Saw semasa hidup beliau. Beliau biasa mengirim surat berisi dakwah/ajakan memeluk Islam demi mengajarkan pada mereka jalan menuju Allah yang lurus. Setelah itu kaum kafir yang diperangi boleh memilih satu dari tiga hal: masuk Islam, membayar pajak (jizyah), atau perang.

Masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar kedudukannya seperti kelanjutan dari kepemimpinan Rasulullah Saw. Metode yang diterapkan pun tentu tidak berbeda dengan metode Nabi Saw. Setelah perang Yamamah, pada tahun 12 H, Abu Bakar mengirim surat pada Khalid bin Walid agar meneruskan perjalanan ke Bashrah untuk memulai penaklukan Irak (Persia).




Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin al-Walid

Abu Bakar memerintahkan Khalid bin al-Walid untuk menawarkan siapa di antara kaum muslimin yang ingin bergabung dengan pasukan tanpa paksaan. Tidak boleh ada satupun dari kaum murtad –walaupun sudah bertaubat—yang ikut dalam pasukan. Abu Bakar memerintahkan Khalid untuk masuk Irak dari jalur selatan Irak, yaitu Kota al-Ablah.



Khalifah Abu Bakar juga mengutus ‘Iyadh bin Ghanam untuk menyerang Irak masuk dari jalur utara, yaitu Kota al-Mushaikh. Dua pasukan ini bertujuan untuk menaklukkan kota paling strategis di Irak, yaitu Kota Hirah.

Pasukan Khalid yang berjumlah 2.000 orang meminta bantuan pada Khalifah Abu Bakar. Khalifah Abu Bakar merespon dengan mengutus seorang panglima perang yang handal, al-Qa’qa’ bin Amr at-Tamimi. Al-Qa’qa’ ini kelak membawa banyak kemenangan bagi pasukan muslimin. Seorang bertanya pada Abu Bakar, “Apakah engkau hanya mengirim satu orang pada pasukan yang sudah lemah dan hampir tercerai-berai?” Khalifah Abu Bakar menjawab, “Pasukan yang di dalamnya ada orang semacam ini tidak akan kalah.” Ternyata firasat benar dan memang Abu Bakar adalah orang yang paling pandai menilai orang-orang.




Khalid menulis surat kepada tiga pemimpin kaum muslimin di Irak

Khalid bin Walid menulis surat kepada tiga pemimpin kaum muslimin di Irak yang telah menyiapkan pasukan untuk membantu kaum muslimin. Mereka adalah Madz’ur bin ‘Adi, Sulma bin al-Qain dan Harmalah bin Muraithah.

Maka berkumpullah rombongan-rombongan prajurit di bawah komando Khalid. Pasukan kaum muslimin saat itu berjumlah 18.000 personil, mereka berkumpul di Ablah.

Khalid mengirim surat kepada Hurmuz

Setelah itu Khalid mengirim surat kepada Hurmuz—pemimpin kota Ablah—yang berisi: “Amma ba’du, masuk Islam lah, engkau akan selamat. Atau ambillah jaminan keamananmu dan kaummu dengan membayar pajak (jizyah). Jika engkau menolak, jangan salahkan kecuali dirimu sendiri. Aku datang padamu dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan.”




Perang Dzatus Salasil

Hurmuz berencana untuk menipu Khalid dalam pertempuran ini. Ketika dua pasukan telah berhadapan, ia mengajak Khalid untuk berduel satu lawan satu. Khalid pun menyanggupi, keduanya bertukar  serangan dengan sangat dahsyat. Hingga akhirnya Khalid berhasil mendekap Hurmuz dan bersiap menghabisinya.



Hurmuz sebelumnya menyuruh detasemen pasukan khusus yang menjaganya untuk maju menyerang Khalid saat duel berlangsung. Ketika detasemen pasukan khusus maju menyerang Khalid, spontan al-Qa’qa’ bin ‘Amr bersama pasukan berkuda kaum muslimin juga melompat ke medan pertempuran untuk menjaga Khalid.

Khalid membunuh Hurmuz dan Al-Qa’qa’ membunuh pasukan Hurmuz

Khalid tetap membunuh Hurmuz lalu bertarung sekuat tenaga melawan kepungan datasemen pasukan khusus Hurmuz hingga al-Qa’qa’ datang dan membunuh pasukan Hurmuz. Setelah itu seluruh pasukan bertempur. Pasukan Persia mengikat diri mereka satu sama lain dengan rantai agar tidak ada yang melarikan diri. Karena itulah perang ini dinamakan Dzatus Salasil (rantai). Namun kemenangan tetap berada pada pihak muslimin.



Setelah peperangan Khalid memperlakukan para petani setempat yang menggarap tanah di sana dengan baik. Khalid tidak merampas tanah mereka atau mengambil pajak besar dari mereka. Yang berkenan memeluk Islam maka akan diberi jatah zakat, dan yang enggan hanya akan dibebani jizyah (pajak) yang jauh lebih ringan dibanding yang dahulu diterapkan oleh raja-raja mereka. Mereka pun merasakan adanya harapan baru, hilang sudah masa diktator para raja, diganti asas persamaan di bawah Islam.



Perang Madzar

Sebelum pertempuran Dzatus Salasil, Hurmuz sudah menulis surat kepada Kisra untuk meminta bantuan. Kisra pun mengirim pasukan dibawah komando Qarin. Akan tetapi Hurmuz telanjur terbunuh sebelum pasukan Qarin datang.

Ma’qal bin al-‘Amasy berhasil membunuh Qarin

Pasukan Qarin pun bertemu dengan pasukan muslimin di daerah Madzar. Qarin menantang berduel, maka Ma’qal bin al-‘Amasy menyanggupi dan berhasil membunuhnya.

Melihat pemimpinnya terbunuh, dua komandan Persia, yaitu Qabadz dan Anusyajan berusaha melarikan diri dari medan perang. Untunglah dua pahlawan kaum muslimin, yaitu ‘Adi bin Hatim dan ‘Ashim bin ‘Amr menyusul dan berhasil membunuh mereka berdua. Setelah itu pecahlah perang antara dua pasukan besar yang akhirnya dimenangkan kaum muslimin.



Setelah peperangan ini, kamu muslimin dibawah pimpinan Khalid berhasil memenangkan beberapa peperangan: perang Walajah melawan Andarzaghar, perang Ullais melawan Kristen Arab yang bersekutu dengan Persia, penaklukan Amghisia, dan penaklukan Hirah.




Penaklukan Hirah

Hirah adalah sebuah kota yang memegang peranan penting di negeri Persia. Kota ini dianggap sebagai jalan menembus ke jantung pertahanan Persia. Penguasa kota itu, Marbazan sudah siap menyambut kedatangan pasukan Khalid. Marbazan ini berniat untuk menyuruh para petani menutup jalur air sungai Efrat agar kapal kaum muslimin tidak bisa lewat. Anak Marbazan sendiri yang disuruh melaksanakan tugas ini.

Khalid berhasil membunuh anak Marbazan

Khalid langsung memimpin pasukan berkuda untuk menghadang pasukan anak Marbazan di tepi sungai Efrat dan berhasil menghabisi mereka.  Sungai pun kembali mengalir. Mendengar kematian anaknya, Marbazan memilih untuk mengambil langkah seribu meninggalkan kota Hirah tanpa pemimpin.

Penduduk Hirah membayar 190 ribu dirham tiap tahun pada muslimin

Khalid menawarkan penduduk Hirah untuk memilih salah satu dari tiga pilihan: masuk Islam, bayar pajak (jizyah) atau perang. Maka penduduk Hirah sepakat untuk membayar pajak. Mereka membayar 190 ribu dirham tiap tahun pada muslimin, Khalid lalu mengirim harta-harta tersebut kepada Khalifah Abu Bakar. Dengan penaklukan Hirah, terwujudlah setengah impian Abu Bakar untuk persiapan menaklukkan Persia di pusat kerajaan mereka.

 

Penaklukan Daerah Persia

Khalid bin Walid r.a. melanjutkan penaklukan di negeri Irak dalam perang Dzatul ‘Uyun (penaklukan Anbar), Perang ‘Ain Tamr, prang Daumatul Jandal membantu pasukan’Iyadh bin Ghanam (yang memasuki Irak dari jalur utara) dan terakhir perang Firadh melawan gabungan sebagian prajurit Romawi dan Persia.

 

Perang Anbar

‘Iyadh bin Ghanam sudah terlebih dahulu mengepung kota Anbar yang terletak di Irak ini. Para penduduk telah membentengi diri dan menggali parit di sekeliling kota. Khalid memerintahkan pasukan muslim untuk mengincar mata musuh dengan panah mereka. Dalam tembakan pasukan panah pertama, sekitar 1.000 mata musuh tertancap panah.



Lalu Khalid memerintahkan unta-unta pasukan yang sudah lemah untuk disembelih. Bangkai-bangkai unta inipun ditumpuk di bagian parit yang paling rendah hingga pasukan muslimin dapat menyeberang dan memasuki banteng. Pasukan Persia akhirnya meminta perdamaian.




Perang ‘Ain Tamr

Dari Anbar, Khalid bergerak menuju daerah ‘Ain Tamr. Dalam perang ini pasukan muslimin menghadapi suku-suku Arab pendukung Persia, seperti Bani Namr, Taghlid, Iyad dan lainnya. Pemimpin mereka ‘Aqqah bin Abu Aqqah termakan taktik cerdik Khalid.

Tatkala ‘Aqqah sedang sibuk merapikan shaf pasukan, dengan cepat Khalid menyerbu bersama beberapa pasukan penjaganya. ‘Aqqah lengah, ia berhasil ditawan dan seluruh pasukannya mundur tanpa perlawanan apapaun.

Khalid memenggal kepala ‘Aqqah dan pengikutnya

Lalu Khalid lanjut mengepung kota, para penduduk akhirnya sepakat untuk tunduk dan taat pada keputusan Khalid. Khalid memutuskan untuk memenggal kepala ‘Aqqah dan para pengikutnya serta mengambil ghanimah dari kota itu. Khalid mengirim seperlimanya ke Madinah.



Selain kisah penaklukan di atas, kami akan lanjutkan lagi kisah-kisah perang dan kemenangan yang diperoleh kaum muslimin pada zaman kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada artikel berikutnya kami akan sampaikan kisah peperangan berikut ini : Perang Daumatul Jandal, Perang Firadh, Penaklukan Syam, Perang Ajnadid, dan di artikel yang selanjutnya akan disajikan kisah perang Yarmuk yang terkenal itu.

 

Referensi :

  • Abu Jannah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Pustaka al-Inabah Jakarta, Cetakan 3, Maret 2020.

Editor: Dezete



 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Scroll to Top